Peyakit yang saya alami, ketika pertama kali berbisnis adalah kebiasaan saya memakai ilmu matematika yang saya dapatkan di sekolahan, dan saya campur adukkan dengan niatan awal berbsinis. Dan ternyata bukan cuma saya, banyak temen-temen juga yang mengirimkan email, telpon, datang dan ngobrol mengenai sulitnya berbisnis yang di kaitkan dengan ilmu matematika yang masih menggelayut di benak kita.
Matematika yang menyesatkan misalnya :
- Kalau kita jualan gorengan sementara di dekat kita ada yang sudah jualan gorengan bertahun-tahun, maka di benak kita langsung mengkeret dan di dan memvonis kita pasti akan sangat susah bersaing, padahal kalau kita main ke tanah abang, ribuan orang berdagang baju bertahun-tahun dan sampai sekarang masih pada hidup dan sukses..
- Kalau berdekatan kita menjual barang yang sama, maka salah satu akan mati, dan terjadi perang harga, padahal kalau kita main ke senen, disana ada pedagang emas berentet lebih dari 50 toko, dan semuanya tetep eksis meski sudah lebih dari 30an tahun bercokol disana..
- Yang sudah berjualan barang serupa di internet banyak, dan mereka menawarkan dengan harga yang jauh lebih murah, padahal kita tahu yang jualan di internet saat ini biasanya pemain2 kecil atau orang2 kantoran yang memiliki sambilan, dan gajah-gajah yang gede diluar boro2 internet, hp saja kadang cuma bisa buat ngomong, sms malas atau tidak bisa…heheh
Terlihat jelas sekali sahabat-sahabat saya sering sekali mengkaitkan bisnis seolah-olah sama dengan ilmu probabilitas, ilmu aritmatika, yang mereka dapatkan semenjak SMP.
Sudah begitu, kadang asumsi-asumsi yang mereka gunakan juga sangat sederhana seolah olah misalnya :
- Pasar itu hanya ada di kanan kiri mereka dengan radius kurang dari 100 meter, sehingga mereka akan kebingungan setelah temen-temen sekantor sudah beli semua, saudara-saudara dan tetangga sudah beli.
- Seolah-olah semua orang sudah melek internet dan seluruh orang indonesia sudah tahu barang yang dijual
- Seolah-olah dunia ini stagnan, berhenti, jumlah penduduk enggak nambah..hehehe
- dll…
Kalau orang-orang yang seperti ini langsung bertemu dan bertatap muka dengan saya, saat itu juga saya bisa menjelaskan bahwa banyak “asumsi-asumsi salah” tapi selalu digigit kuat padahal disisi yang lain semangat bisnisnya menggebu-gebu. ..jadinya ‘crowded’ deh…maunya bisnis tapi malah lari ditempat kayak orang lari di ‘treadmill.’
Berikut ini saya akan tuliskan contoh penjelasan saya kepada salah seorang agen yang MATEMATIS BANGET hehehe..namanya saya rahasiakan ya, sebut saja Pak Agus..:
Pak Agus bertanya “Produk anda kan barang yang jarang ganti-ganti pak, nanti kalau semua orang sudah pada pakai terus gimana pak..?, ini yang membuat saya maju-mundur mau bikin outlet gede”
“Begini pak Agus, sampeyan bicara probabilitas pasar menggunakan matematika ya…baiklah saya juga akan menjelaskan kepada anda memakai ilmu matematika versi saya, dan ketahuilah dulu saya rajin banget baca-baca buku eksakta, bahkan soal-soal ujian saya kadang sampai hafal, SMA nilai ujian Matematika saya 100, dan ketika kuliah di Teknik Mesin UGM dulu, ada banyak matematika, ada matematika 1,2,3,4 dan saya semuanya dapat A” hehehe…saya sengaja sombong sedikit agar beliau yang matematis ini ‘setuju’ pada apa yang akan saya sampaikan
“Bukannya cerdas pak , tapi saya kuat membaca buku matematika sampai puluhan kali, sedangkan kawan-kawan saya kadang membaca 1 kali aja bosen..hehehe. ..” kata saya…
Artikel ini saya muat di Website selimut saya, dan untuk melanjutkannya anda bisa meng-klik LINK BERIKUT :
Cerita ini sangat menarik, dan semoga ini menjadi Inspirasi yang makin memotivasi anda juga..
Dan saya sangat senang sekali, karena Pak Agus terlihat amat puas, dan saya memberikan pesan, agar jangan memagari diri sendiri, dengan pagar yang amat kuat namun tidak kasat mata. Kita sering memagar bahwa pasar kita hanya teman, kantor, tetangga, saudara…padahal SELURUH DUNIA ADALAH PASAR KITA..karena kita adalah bagian dari penduduk dunia.
“Pilihlah untuk memiliki mindset bahwa saya adalah penduduk dunia”
Semoga anda terinspirasi. .
sumber: hadikuntoro.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar